Sleman (SMP Negeri 1 Godean) – Kamis Pahing merupakan hari yang istimewa bagi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana Kamis Pahing merupakan hari berdirinya Kraton Ngayogyakarta. Salah satu perayaan istimewa di hari istimewa adalah melalui penggunaan pakaian tradisional gagrak Yogyakarta. Ketentuan mengenai penggunaan pakaian tradisional tersebut ditindaklanjuti melalui Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 87 Tahun 2014 tentang Penggunaan Pakaian Tradisional bagi Pegawai pada Hari Tertentu di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebut ditindaklanjuti melalui Surat Edaran Nomor 077 Tahun 2022 dari Bupati Sleman tentang Penggunaan Pakaian Batik dan Pakaian Tradisional Jawa Yogyakarta di Lingkungan pemerintah Kabupaten Sleman.
Kamis, 02 November 2023 bertepatan dengan perayaan Kamis Pahing. Pada Kamis Pahing SMP Negeri 1 Godean diwarnai dengan suasana pakaian tradisional Jawa Yogyakarta yang dikenakan oleh guru, karyawan, dan peserta didik. Hal tersebut sebagai salah satu bentuk paya dari sekolah untuk melestarikan, mempromosikan dan mengembangkan kebudayaan Yogyakarta melalui penggunaan pakaian tradisional.
Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang sudah menjadi rutinitas jam pertama di hari Kamis, saat itu terpaksa harus ditiadakan dan digantikan dengan kegiatan apel pagi. Kegiatan apel pagi diisi dengan pembinaan dan sosialisasi ketentuaan penggunaan pakaian tradisional Jawa Yogyakarta.
Kepala SMP Negeri 1 Godean, Rr. Amani Sri Marhaeni Ernawati, M.Pd. dalam kegiatan apel pagi menyampaikan kepada seluruh peserta didik bahwa pemakaian pakaian tradisional Jawa Yogyakarta ketika Kamis Pahing bertujuan untuk melestarikan budaya Jawa dan sebagai bentuk rasa cinta terhadap Daerah Istimewa Yogyakarta. Lebih lanjut, Kepala SMP Negeri 1 Godean menyampaikan ketentuan yang benar dalam penggunaan pakaian tradisional Jawa.
Beberapa peserta didik yang ditemukan mengenakan pakaian tradisional beserta atributnya belum sesuai diminta bediri di depan barisan apel. Diantaranya masih ditemukan peserta didik yang mengenakan sepatu ket, mengenakan jarik yang sudah dalam bentuk celana, memakai sendal, juga belum mengenakan blangkon. Hal tersebut sebagai bentuk konsekuensi yang harus dilakukan oleh peserta didik karena penggunaan pakaian tradisional yang kurang tepat.
Pada akhir sambutan apel, Kepala SMP Negeri 1 Godean menyampaikan ketentuan penggunaan pakaian tradisional. Bagi laki-laki mengenakan baju lurik, blangkon, jarik (bukan dalam bentuk celana batik), dan memakai selop. Bagi Perempuan mengenakan baju kebaya, bawahan jarik, dan memakai selop. Mengenakan pakaian adat Jawa Yogyakarta merupakan salah satu upaya internalisasi karakter seperti penggunaan unggah-ungguh (sopan santun) dalam berpenampilan dan berbahasa yang sesuai dengan tuntunan budi pekerti yang luhur warisan nenek moyang. Hal ini perlu dilakukan mengingat bahwa pendidikan berbasis kearifan lokal menjadi keharusan bagi generasi muda yang tumbuh di era modernisasi.
Melalui pembinaan tersebut, diharapkan peserta didik sudah mengenakaan pakaian adat Jawa Yogyakarta sesuai ketentuan.
